Betapa Susahnya

Masalah mental adalah masalah paling rumit yang pernah ada. Ilmunya terus dikembangkan makanya, ilmu psikologi itu bukan pseudosains dimana ilmunya hanya di sekitaran situ saja gak ada perkembangannya.

Aku salut banget sama dokter, psikiater, dan psikolog yang terus mengupgrade dirinya lewat jurnal dan buku. Bukan terus menerus mempertahankan stigma yang melawan arus ilmu pengetahuan dengan dalih takut akan Tuhan.

Makanya begitu tahu kasus Dedy Susanto ini, saya berpikiran “yappari ini orang fishy banget”.

Dari awal videonya muncul di suggestion youtube, saya merasa ini orang sangat fishy. Desainnya yang gak terlalu niat membuat saya enggan menonton video yang katanya adalah ‘Kuliah Psikologi’.

Fyi saya biasa mencurigai seseorang atau korporasi dilihat dari desain web, channel youtube atau akun instagramnya. Yang fishy biasanya suka gitu tuh.

Eh… Pernah sih saya menonton videonya sekali. Tapi saya lupa isinya apa ya berati gak ada ilmu baru yg signifikan buat pikiran saya.

Saya yang memang mengalami masalah mental tetau cari sumber lain aja buat referensi studi saya tentang psikologi. Begitu kasus ini muncul langsung boom.

Terima kasih buat Revina VT yang sudah segitu kuatnya memblowup korban korban yang ternyata adalah KORBAN KEJAHATAN SEKSUAL BERKEDOK TERAPI PSIKOLOGI.

https://www.instagram.com/p/B8l0KvegXGW/?igshid=1n8bt72hvjqom

Dari Revina VT saya pelajari latar belakang pendidikan Dedy Susanto ini yang menurut saya, koplak banget yaampuuun.

S1 S2 awalnya bukan psikologi melainkan manajemen (something) terus katanya nemu passion di psikologi jadilah dia ambil S3 jurusan Psikologi.

Tapi koplaknya adalah, dia ambil S3 psiko terus tetau ambil S1 psikologi. Abis itu dia langsung aja gitu buka terapi psikologi, dipajang di youtube dengan peserta lebih dari 200 orang.

Banyak banget yang harus dikritisi dari beliau.

Pertama, dia gak ambil spesialis atau profesi. Okelah dia ambil sertifikasi tapiiii ternyata sertifikasinya dari lembaga abal labal alias kagak resmi!

Gak ambil spesialis/profesi langsung saja buka praktek itu bahaya tau! Psikiater resmi aja kadang ada aja yg koplak menyerang pasiennya, apalagi yang kagak resmi.

Kalau emang beneran serius jadi psikolog ya mendingan AMBIL ULANG AJA dari S1, S2 sampai spesialis/profesi, minta izin baru buka praktek. Lah ini koplak malah S3 dulu baru S1, belum S2/spesialis malah buka praktek.

Kecuali kalau doktor pen jadi peneliti aja.

Kedua, bagaikan dewa ia memulihkan psikologi ratusan orang. Padahal masalah psikologi adalah masalah personal yang tiap orang aja beda.

Saya konsultasi ke psikiater aja memakan satu jam lebih karena dia harus ngetrack apa yang bikin saya mengalami gangguan tertentu dan tracking kayak gitu tuh gak sebentar tauk.

Ketiga, dia pseudosains. Yang parah, dia menganggap orang berorientasi tertentu (selain straight) adalah orang yang trauma dan bukan dari gen atau hormon.

Padahal penelitian banyak banget yang bilang bahwa orientasi tersebut adalah spektrum dan bisa dibilang identitas yang berati bukan merupakan penyakit. Ya kayak selera kita lah yg asalnya dari otak. Masa selera diatur atur apalagi dipaksa diterapi supaya hilang. Itu, koplak.

Lengkapnya, pak doktor baca deh dari yang beneran dokter.

Aside from sexual orientation, kalau melihat petuah petuah beliau di instagram atau youtube. Dia selalu menekankan segala sesuatunya adalah akibat luka batin.

Penyakit mental seperti bipolar dibilang bisa disembuhkan dengan terapi dan asalnya luka batin. Padahal masalahnya ada di otak dan seperti masalah mental lainnya, dia gak bisa sembuh total. Dia hanya bisa diminimalisir dengan metode CBT misalkan.

Keempat, terapi psikologi gak usah pake cara sensual apalagi di hotel.

Ini jelas ya.

Sumpah saya merasa kesal melihat DM dia ke beberapa orang yang akhirnya menjadi korban.

Belum lagi sebagai (ngakunya) psikolog, dia bukannya mendukung tapi malah mendegradasi pasien dengan ancaman, iming iming, manipulasi, dan segala macam. pengetahuannya yang sempit.

Teman teman, yang punya masalah mental beneran deh. Datang konsul ke psikolog atau psikiater beneran yang resmi. Kalau mau aman cek status psikiater/psikolog kalian ke HMPSI atau KKI. Kalau malas lagi ga sempat, kalian konsul ke rumah sakit aja, itu pasti kedaftar dokter jiwa kalian di dua lembaga tersebut.

Kalian juga bisa cek selebgram yang juga psikiater/psikolog, itu sangat membantu kalian melihat mereka seperti apa dan bahkan bisa membantu kalian mau konsul ke siapa.

@jiemiardian misalnya, saya pertama liat instagramnya langsung jatuh cinta ❤️. Worth to follow guys. Dia praktek di Siloam Hospital btw kalau mau konsul ke dia.

Psikiater, psikolog, ahli gizi, dan dokter kalo malpraktek itu beneran fatal akibatnya.

Berobat ke Psikiater Menggunakan BPJS

Berhubung BPJS belum naik, ahahahahah *joke aside.

Seperti intermezzo di postingan sebelumnya, saya akhirnya memutuskan untuk pergi mengunjungi psikater.

Kalau kalian sering membaca blog ini, pasti kalian ngeh kalo saya sesekali posting yang agak depresif lah. Sampai akhirnya saya sampai di titik dimana saya memang SANGAT PERLU berobat ke psikater.

Saya gak mau cerita detail soal depresi saya atau lainnya. Sesuai judul saya hanya ingin cerita pengalaman saya ke psikater menggunakan BPJS. Sekaligus ingin sosialisasi buat semua yang mengalami mental illness, BPJS ini bisa banget loh dipakai untuk berobat ke psikiater. GRATIS, dicover oleh BPJS. Jadi ini kabar baik yang harus disebarkan!

Apalagi ini masih fresh di tahun 2019 jadi (mudah mudahan) reliable lah buat kondisi sekarang.Tanpa basa basi, langsung saya jelaskan prosedurnya… Yang sebenarnya sama saja dengan prosedur layanan kesehatan pada umumnya, tapi ini dari prespektif kesehatan mental ya.

Btw, ini berdasarkan pengalaman saya. Saya bukan birokrator BPJS jadi kalau ada hal yang gak bisa saya jawab, baiknya tanya BPJS atau layanan kesehatannya sendiri ya. Hehe.

Prosedur Pertama : Membuat Rujukan

To be honest, ini tahapan yang paling saya benci. Karena menurut saya ini hanya memperpanjang birokrasi untuk mendapat layanan yang sudah jelas hanya tersedia di Rumah Sakit.Saya mikir untuk kondisi yang darurat, apakah kita harus pakai rujukan juga?

Sudah kedua kalinya saya membuat rujukan karena BPJS ini. Satu untuk kacamata saya, kedua ya untuk psikiater ini. Saya membuat rujukan di faskes yang saya pilih melalui aplikasi JKN mobile. Faskes yang terdekat dari rumah saya (bisa klinik bisa puskesmas).

Pada saat ke faskes tingkat pertama inilah saya cukup membawa kartu BPJS yang asli lalu dirujuk ke bagian dokter umumnya.Untungnya pas saya ke dokter umumnya ya beliau gak cuman sekedar nulis buat rujukan saja, melainkan juga kasih insight sedikit lah mengenai yang saya alami. Meskipun, saya agak kurang suka sama pendapatnya yang cenderung kurang update terhadap jurnal kesehatan mental saat ini.

Setelah itu, nanti catatan beliau diberikan pada admin untuk dibuat Surat Rujukan F-KTP seperti ini. Sekaligus diskusi dan penunjukan rumah sakit mana yang akan dituju. Surat rujukannya berlaku untuk tiga bulan kok, jadi ini efektif apabila anda disuruh datang lagi ke dokter untuk konsultasi selanjutnya. Kalo ada yang bilang cuman seminggu, gak usah percaya yak!

kurleb begini

Prosedur Kedua : Konsultasi Menggunakan BPJS

Sangat disarankan buat yang ingin berobat agar membuat rujukan dari jauh hari. Jangan sampai anda membuat rujukan lalu berobat di hari itu juga, ya gak keburu.

Kalau saya, saya abis bikin rujukan langsung telpon Rumah Sakit terkait untuk meminta nomor antrian dan jam konsultasi dokter.Nomor antrian konsultasi dan daftar BPJS ini berbeda ya. Jadi ini bukan nomor yang sama.

Setelah meminta nomor antrian konsultasi, barulah saya ke rumah sakit beberapa hari kemudian. Sampai di rumah sakit, saya meminta nomor antrian untuk pendaftaran BPJS di rumah sakit bersangkutan. Jadi ya kita mesti daftar dulu baru bisa konsultasi. Oh iya, antrian BPJSnya terpisah ya dari antrian yang umum sama asuransi.

Untuk daftar BPJSnya, siapin dokumen seperti surat rujukan itu tadi sama fotokopi KTP dan KK. Oh iya jangan lupa isi formulir juga dari RS yang bersangkutan yang tersedia di kotak terpisah sebelum dipanggil admin.

Di sini saya juga menyarankan untuk datang ke Rumah Sakit minimal tiga jam sebelumnya karena kalian harus antri dua kali. Antri untuk daftar BPJS dan antri untuk konsultasi. Jangan kalian datang mepet jam konsultasi tapi belum daftar BPJSnya, bisa bisa kalian gak bisa konsultasi karena lewat nomor antrian konsultasi dokternya!

Demi kepentingan privasi, saya tidak akan menyebutkan rumah sakit dimana saya dirawat untuk kesehatan mental saya.

Setelah daftar BPJS, barulah saya bisa menunggu untuk konsultasi. Oh iya, sebelum konsultasi saya sempat disuruh cek tensi dan berat badan. Biasa lah ya tiap kali konsultasi ke rumah sakit, begitu. Terus ditanya mau ngapain ke poli X, ada penyakit apa dan lain sebagainya.

Terus saya mendapat panggilan yang kebetulan hari itu sangat cepat. Yang umum non BPJS antriannya cenderung tidak ada sehingga saya yang BPJS bisa cepat konsultasi tanpa harus menunggu seharian seperti kejadian waktu saya membuat kacamata 2017 yang lalu.

Pengalaman Konsultasi Saya

Saya gak tahu untuk penderita kesehatan mental lainnya, tetapi saya awalnya ditanya detail lalu dicatat oleh dokter semuanya yang saya alami, trigger saya apa saja. Kemudian dijelaskan oleh dokter dan sebagainya.

Kemudian beliau meminta saya untuk membuat semacam jurnal apa saja emosi yang saya alami ketika berhadapan dengan situasi tertentu. Abis itu disuruh datang lagi buat adjustment dan terapi. Harusnya sih hari ini saya di suruh datang lagi (23 Desember 2019), tapi karena dokternya lagi mudik jadinya ya saya nunggu lagi sampai minggu depan hehehe.

Oke, abis konsultasi, saya memberi berkas yang saya dapat sewaktu konsultasi dan BPJS ke kasir.

.

.

Untuk konsultasi, semuanya gratis dicover oleh pemerintah. Untuk obatnya sih ada yang dicover ada yang enggak. Tapi kebanyakan dicover kok (minimal yg basic lah kayak antidepresan misalnya), lebih lanjut bisa cek dokter atau aplikasi JKN yang bagian ‘Obat Ditanggung’.

Jadi, buat yang merasa sedih, buat yang merasa tidak ada harapan lagi, bolehlah kalian coba layanan ini. Mau yang kelas 1, 2, 3 semuanya bisa mendapat layanan ini dan gak dibeda bedakan kok.

Kalau misalkan sikon tidak memungkinkan untuk ke rumah sakit, saya menyarankan aplikasi seperti 7cups.

Di situ kalian bisa konsultasi online secara gratis pada listener yang bersedia mendengar semua keluh kesahmu. Kalau saya sih, saya lebih nyaman dengan listener yang bahasanya sama dengan saya, tapi mungkin tiap orang beda ya. Kalau mau diterapi oleh yang benar benar profesional ya ada biayanya lagi.

Selain konsultasi, kalian juga bisa menggunakan path kehidupan kamu di aplikasi untuk biar kalian bisa berpikir positif lagi.

Jika kalian depresi (apalagi mau bunuh diri!) dan kalian posting di Instagram, secara otomatis kalian akan terdirect oleh Instagram semacam caring post gitu. Kurang lebih kayak gini.

Terdapat beberapa penanggulangan bagaimana caranya kalian menghadapi ini. Gak tiap saat sih, tapi jika menurut Instagram sudah parah, kalian bakal kena ini.

Sudahlah, sekian untuk kali ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya.

PS : buat yang resah BPJS naik tahun depan, tenang aja. Ada banyak diskon di Tokopedia dan Shoppee (y).

burger yang boleh dibeli waktu konsultasi pertama di rumah sakit, hehehe