Beberapa waktu yang lalu, saya ikut tes dikotomi yang dishare linknya sama salah satu anggota Illuminion yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Gak terlalu jelas apa maksudnya kasih link tes itu dia cuman bilang “trending di twitter” aku kayak, lha. WKWKWKWK
Tapi pas dijalani tesnya lebih ke core value sih dan hasilnya adalah aku 60% absolut, sisanya skeptis. Lha aku kaget dong, masa aku segitu absolut sih, seingatku udah lumayan skeptis loh? Tapi pas dipikir lagi ternyata aku gak segitunya skeptis sih, aku cenderung percaya sesuatu sebagai kebenaran dan udah selesai. Gak mau tahu lebih lanjut dan….
Ternyata itu yang jadi masalah. Masalah besar terutama untuk pembelajaran saya. Padahal udah dari 2018an aku udah mengadopsi critical thinking tapi aku kayak gak naik level. Jujur makin hari ngeliat argumen anak anak makin iri aku. Kenapa? Mereka jauh lebih kritis men, mereka berpikir jauh lebih terbuka daripada aku.
Di titik itulah aku merasa bahwa aku butuh berubah. Butuh banget untuk mengubah cara berpikir yang lebih okelah gitu. Terlebih critical thinking ini sebenarnya berkembang jadi berpikir saintifik dan rasional, itu ranahnya udah lebih jauh lagi.
Lanjut, aku terbiasa gak menanyakan sesuatu atau bahkan mencari referensi lain. Tak peduli seberapa paham enggaknya aku terhadap sesuatu. Bahkan dari sejak aku masih sekolah. Ini yang membuat cara berpikirku sempit. Sempit banget. Terlepas aku pakai kerangka moral yang mana.
Awalnya aku pikir semua terjadi karena aku merasa gak pintar pintar amat, gak kreatif, nilai IQ gak gede amat jadi ya kelewatan absolut. Tapi justru cara berpikir itulah yang bikin aku ended up demikian. Jangankan soal nilai, menghadapi masalah aja aku seringkali keliru loh karena yaitu tadi, kurang mencari tahu.
Aku kurang mempertanyakan maksudnya dia apa, yakin dia begitu karena aku begini, terus dalam konteks apa dia kek gitu, apa yang bikin aku mikir dia begitu karena dia begini dan lain sebagainya. Seringkali aku didrive oleh perasaan dan ini yang dinilai kurang rasional at some point.
Satu kesalahan buatku fatal semua, gaada yang baik dari yang bersangkutan, all or nothing. Padahal gak gitu cara mainnya.
Maka dari itu, sekarang aku usaha untuk tidak keras kepala lagi terhadap sebuah informasi. Setiap aku baca/nonton apapun itu, aku gak akan menganggap sesuatu sebagai kebenaran mutlak lagi. Pasti ada yang lainnya, apalagi untuk hal yang menurutku gak jelas langsung aku cari, gak diam aja.
Terus juga cari referensi baru, termasuk yang mungkin buatku kurang penting tapi nadanya sama. Aku buang semua mental block yang mengatakan ‘oke aku udah tau jadi gak usah’, ‘oh ini mah sama aja’, ‘oh ini bukan ranahku’ dan sebagainya. Padahal siapa tau ada fakta baru lagi.
Semua ini AMAT SANGAT BISA membuat kemampuan berpikirku bertambah. Beneran sumpah!
Jujur pas pertama aku realisasikan itu, aku merasa tercerahkan. wkwkwkwkwk
Sekarang aku iseng yak mencari tahu tentang perkembangan pendidikan di Indonesia. Aku nonton video youtube lalu nonton video lain yang berhubungan. Malah kalau pustakanya ada, langsung cari pustaka ybs dan ya Tuhan… aku seneng banget! Aku jadi tahu banyak tentang pendidikan di Indonesia yang sebenarnya kayak gimana.
Even jauh lebih luas dari yang aku tulis beberapa tahun yang lalu loh. Bener!
Terus dari situ jadi mempertanyakan banyak hal. Misal, udah tau masalahnya A kenapa dikasih solusinya gak ada nyambungnya sama sekali dengan A, apakah masalah B itu semata karena C, kenapa sih kebijakan itu sampai diimplementasikan at the first place, what the heck is 20% anggaran LOL pokoknya banyak lagi deh.
Malah sekarang aku jadi nemu perkembangan pendidikan peranakan Chinese Indonesia. Just, waw
Pustaka yang aku maksud barusan ada di sini btw. Itu jurnalnya tahun 2018 and I’m dying to know pendidikan Indonesia yang sekarang banget kayak gimana. Terutama sejak kebijakan Nadiem Makarim yang asli anomali banget bedanya wkwkwk, kalo ada yang nemu jurnal atau apapun itu kasih tau yak 😀
Kurasa inilah yang namanya menambah wawasan. Ini baru langkah awal dan akan ada selanjutnya lagi, lagi dan lagi 🙂